Kamis, 09 Januari 2014

MIKROSKOPI TEKNIK MEMPELAJARI MIKROORGANISME

Makalah Individu

MIKROBIOLOGI DASAR
“MIKROSKOPI TEKNIK MEMPELAJARI MIKROORGANISME”









Disusun Oleh:
ZULKARNAIN
A 221 10 027




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah merupakan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah ’’Mikrobiologi Dasar’’. Sebagai pembelajaran pada mahasiswa dalam mengembangkan salah satu pokok bahasan dalam mata kuliah tersebut.
Di kesempatan kali ini pula, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Harapan penulis, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam mempelajari bahasan ini.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima kritik, saran dan masukan yang membangun.

                                                                                                               Palu,   Februari 2012

                                                                                                              Penulis
                                                               




DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN SAMPUL                                                                                            i
KATA PENGANTAR                                                                                             ii                                                                                 
DAFTAR ISI                                                                                                          iii
BAB I PENDAHULUAN
         1.1 Latar Belakang ......................................................................                   1
          1.3 Tujuan ...................................................................................                   1
BAB II PEMBAHASAN
          2.1 Sterilisasi...............................................................................                   2
2.2 Mikroskopis..........................................................................                    4
2.3 Pewarnaan............................................................................                    6
2.4 Medium Biakan....................................................................                  10
BAB III PENUTP
         3.1 Kesimpulan ...........................................................................                 12
         3.2 Saran.......................................................................................                 12
DAFTAR PUSTAKA 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Ruang lingkup pekerjaan laboratorium mikrobiologi bertujuan untuk untuk mempelajari karakteristik mikroorganisme serta pertumbuhannya. Untuk itu diperlukan metode laboratorium dengan prosedur standar yang dapat mendeskripsikan karakteristik baik morfologi, fisiologi dan pertumbuhan mikroorganisme. Metode laboratorium mikrobiologi digunakan untuk mendapatkan suatu jenis mikroorganisme dalam bentuk biakan murni (kultur murni) dari suatu campuran mikroorganisme yang tumbuh dalam suatu medium.
Prinsip dasar prosedur laboratorium mikrobiologi adalah mencegah terjadinya kontaminasi dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan. Metode tersebut diantaranya dengan cara-cara teknik aseptik dan sterilisasi. Penggunaan alat bantu mikroskop di laboratorium mikrobiologi sangat penting, karena dapat membantu dalam mempelajari karakteristik mikroorganisme, terutama bentuk dan ukuran sel dari suatu jenis mikroorganisme. Beberapa tipe mikroskop telah dikembangkan mulai dari yang sederhana sampai pada yang canggih.

1.2    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adala untuk memahami lebih jauh teknik mempelajari mikroorganisme.



BAB II
PEMBAHASAN


Ø  Mikroskopi Teknik Mempelajari Mikroorganisme
1.3    Sterilisasi
            Ada beberapa metode sterilisasi, yaitu:
1. Metode Fisika
a)      Peanmasan kering
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati.
- Udara panas oven
            Digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak berskala, alat bedah, minyak lemak, parafin, petrolatum, serbuk stabil seperti talk, kaolin, ZnO. Suhu sterilisasi yang digunakan adalah 170­­­­­­­oC selama 1 jam, 160­­­­­­­oC selama 2 jam, 150­­­­­­­oC selam 3 jam.
- Pemijaran langsung
Digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari porselen, tidak cocok untuk alat yang berlekuk karena pemanasannya tidak rata. Suhu yang digunakan 500-600oC dalam waktu beberapa detik, untuk alat logam sampai berpijar.
- Minyak dan penangas lain
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti gunting bedah sebagai lubrikan menjaga ketajaman alat, bahan kimia stabil dalam ampul. Bahan atau alat dicelupkan dalam penangas dicelupkan dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 160­­­­­­­oC. Larutan natrium atau amonium klorida jenuh dapat digunakan pula sebagai pengganti minyak mineral.



b). Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba.
- Uap bertekanan (autoklaf)
Digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan yang dimaksudkan untuk diinjeksikan ke dalam tubuh, alat berskala, bahan karet. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi larutan suhu 121oC adalah 12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan.
- Pemanasan dengan bakterisida
Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC selama 10 menit di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol; 0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol.
- Air mendidih
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.
c). Cara bukan panas
- Sterilisasi dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β).



2. Metode Kimia
a). Menggunakan bahan kimia
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 70%, dan fenol 5%.
b). Sterilisasi gas
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan mikroba mati.
3. Metode mekanik
- Filtrasi
Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil. Penyaringan ini menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus.

1.2  Mikroskopi
Berbagai macam mikroskop yang digunakan dalam laboratorium
mikrobiologi adalah sebagai berikut:
1. Mikroskop Cahaya (Light Microscopy) terdiri dari;
a). Mikroskop Medan Terang (Brightfield Microscopy)
mikroskop jenis ini digunakan untuk memeriksa bahan dan kultur dari sediaan basah atau sediaan yang diwarnai.
b). Mikroskop Medan Gelap (Darkfield Microscopy)
mikroskop ini mempunyai kondensor yang mencegah cahaya ditransmisikan melalui bahan, tapi sebaliknya menyebabkan cahaya merefleksikan bahan pada sudut tertentu, sehingga obyek kelihatan lebih besar bersinar dengan latar belakang yang gelap. Mikroorganisme dapat diamati dalam keadaan hidup sehingga geraknya juga dapat diamati.
2. Mikroskop Fase Kontras (Phase-contras Microscopy)
mikroskop ini sekarang sudah jarang digunakan dalam laboratorium diagnostik. Mikroskop fase kontras adalah suatu tipe mikroskop cahaya yang memungkinkan terjadi kontras yang lebih besar dalam indeks refraksi dan kepadatan antara sel hidup dengan cairan dimana organisme berada, sehingga menghasilkan gambaran yang lebih kontras daripada yang terlihat pada mikroskop medan terang. Mikroorganisme hidup sulit dilihat karena masing-masing partikelnya mempunyai indeks bias cahaya yang berbeda dan mempunyai ketebalan yang berbeda. Mikroskop ini memungkinkan mikroba hidup dilihat dengan organel di dalamnya, yang tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa.
3. Mikroskop Fluoresen (Fluorescence Microscopy)
Mikroskop fluoresen telah menjadi prosedur dan banyak digunakan di laboratorium klinis. Beberapa substansi biologi memang pada dasarnya berfluoresen, tapi bahan lain dapat juga diwarnai dengan zat warna fluoresen dan diamati dengan mikroskop yang memakai sumber cahaya sinar ultraviolet. Mikroskop ini banyak digunakan dalam mikrobiolgi dan imunologi, dan telah dikembangkan untuk mendeteksi antigen mikroba pada bahan pemeriksaan dengan jalan mewarnainya dengan antibodi spesifik yang telah diberi tanda/label dengan zat warna fluoresen (immunofluorescence).
4. Mikroskop Elektron (Electron Microscopy - EM)
Mikroskop elektron memiliki berkas gelombang sinar sangat pendek (0,005 nm) yang dihasilkan oleh elektron dari tabung hampa udara, yang menggantikan sumber cahaya sehingga memungkinkan dicapainya perbesaran sampai hampir jutaan kali. Dengan memakai mikroskop elektron ini, maka dapat dilihat virus dan molekul-molekul yang sangat kecil lainnya.
2.3  Pewarnaan
            Tujuan pewarnaan terhadap mikroorganisme ialah untuk :
- Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun fungi.
- Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
- Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam jasad.
- Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia dapat diketahui.
1.  Macam-Macam Pewarnaan
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut :
a)      Pewarnaan sederhana
Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik).
b)  Pewarnaan differensial; dibagi pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam.
- Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
·         Zat warna utama (violet kristal)
·         Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
·         Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
·         Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:
·         Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
·         Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat didalam
·         lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat.
·         Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
·         Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
·         Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
·         Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
·         Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
·         Peka terhadap streptomisin
·         Toksin yang dibentuk Endotoksin
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:
·         Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
·         Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
·         Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
·         Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
·         Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
·         Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
·         Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
·         Tidak peka terhadap streptomisin
·         Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
Contoh bakteri gram posittif                                    contoh bakteri gram negatif
http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/01/gram-positive_bacteria.jpg?w=570
http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/01/images.jpeg?w=570
  

b)    Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA).
Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut Ziehl-Neelsen.




c)    Pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu
-   Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
-   Pewarnaan kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang. Yang berwana biru gelap.

2.4  Medium Biakan
Mikroorganisme dapat dibiakan dalam air yang sudah ditambah dengan nutrien yang sesuai. Medium biakan adalah larutan encer yang mengandung nutrien penting, yang menyediakan kebutuhan bagi sel mikroba supaya dapat tumbuh dan menghasilkan banyak sel yang serupa. Di samping sumber energi berupa senyawa organik dan anorganik atau cahaya, medium biakan harus memiliki sumber karbon, nitrogen dan nutrien penting lainnya.
Medium biakan dapat disiapkan dalam keadaan cair maupun gel (semi padat). Dari cair dapat diubah menjadi padat dengan penambahan agar. Medium biakan yang mengandung agar dapat disimpan dalam bentuk lempeng pada cawan Petri tertutup, dimana sel mikroba dapat tumbuh dan membentuk massa yang terlihat sebagai koloni sel. Disamping itu medium biakan yang mengandung agar dapat pula disimpan dalam tabung reaksidengan kemiringan tertentu, dimana sel mikroba dapat tumbuh dengan memberikan karakteristik pertumbuhan yang khas.
Beberapa medium buatan manusia dapat berupa:
1.    Medium yang cair
            Medium cair yang biasa dipakai ialah kaldu yang disiapkan sebagi berikut. 1 L air murni ditambahkan 3 gram kaldu lembu dan 5 gram pepton. Medium ini kemudian di tentukan pHnya 6,8 sampai 7 jadi sedikit asam atau netral, keadaan yang demikian tersebut sesuai bagi kebanyakan bakteri.
2. Meduim yang kental (padat)
            Suatu penemuaan yang baik sekali ialah medium dari kaldu yang sedikit di campur dengan agar-agar. Setelah medium itu disterilkan, dan kemudian medium itu dibiarkan mendingin, maka kita memperoleh mdium yang padat. Gelatin dapat juga dipakai sebagai bahan pengental dan memang orang dulu bias mengkklaimnya-tetapi sejak lama orang lebih suka menggunakan agar-agar.
3.    Medium yang diperkaya
            Serum atau darah yang dicamprkan kedalam medium yang sudah disterilkan. Jika pencampuran ini dilakukan secara sterilisasi , maka serum atau darah tersebut akan mengental, akibat pemanasan. Pada medium Loeffer, serum dicampurkan kedalam dasar seringkali orang menambahkan makanan sebelum disterilisasi. Seringkali orang menambahkan susu-air tomat kepada dasar makanan untuk menumbuhkan Loctobacillus dan beberapa spesies lainnya.
4. Medium kering
            Untuk menyiapkan medium kering, cukup mengambil sekian gram serbuk kering tersebut untuk dilarutkan sekian liter dan kemudian lautan tersebut disterilkan. Penentuan pH tidak lagi, karena hal itu sudah dilakukan terlebih dahulu pada pembuatan serbuk.
5. Medium sintetik
            Medium sintetik berupa ramuan. Ramuan zat organic yang tertentu yang mengandung zat karbon dan nitrogen. Bakteri outotrof dapat hidup dalam medium ini. Bakteri safprofit juga dapat hidup didalam medium ini asalkan ditambahkan natriun-sitrat dan patrium. Amonicium posfat yang pertama merupakan sumber karbon, sedang yang kedua merupakan sumber nitrogen.
BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dari penbuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1)   Ada beberpa metode sterilasai anatara lain:
-        Metode fisika
-        Metode kimia
-        Metode mekanik
2)   Tujuan pewarnaan pada mikroorganisme adalah:
-    Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun fungi.
-    Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
-    Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam jasad.
-    Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia dapat diketahui.
3)  Beberapa medium yang digunakan untuk membiakan mikroorganisme antara lain:
-    Medium yang cair
-    Meduim yang kental (padat)
-    Medium yang diperkaya
-    Medium kering
-    Medium sintetik
3.2  Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah agar pembaca dapat mengambil segala manfaat dari makalah ini untuk kepentingan pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro.2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta

                                              




Tidak ada komentar:

Posting Komentar