Rabu, 28 Agustus 2013

Makalah Morfologi Batang

Tugas Kelompok
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN 
“MORFOLOGI BATANG”

Disusun Oleh : 
 ZULKARNAIN A 221 10 027 SITI SARAH A 221 10 123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA 
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS TADULAKO 
2011 

KATA PENGANTAR 
 Assalamu’alaikum Wr. Wb. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul : ”Morfologi batang”. Tak lupa pula sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ”Struktur Perkembangan Tumbuhan II” yang sudah memberikan beban berupa tugas makalah sebagaimana kewajiban kami sebagai mahasiswa dan merupakan salah satu poin standar ketuntasan dalam mata kuliah yang bersangkutan. Penulis menyadari bahwa isi dari makalah ini masih sangat banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya, untuk itu penulis bersedia menerima kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya, serta bagi penulis sendiri. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Palu, September 2011 Penulis

 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Batang
pada umumnya terdiri dari satu sumbu tegak dengan daun-daun melekat padanya. Dalam bentuk itu tugas utamanya adalah mendukung daun sehingga berada dalam keadaan yang sesuai untuk dapat berfotrosis dan berlaku sebagai jalur translokasi air dan garam-garam mineral ke daun dan titik tumbuh, dan bahan organik dari temapat pembentukannya di daun ke semua bagian dari tubuh. Disamping itu batang dapat tersepesialisasi serta termodifikasi bentuknya untuk keperluan tugas khusus seperti menimbun cadangan makannan, untuk berfotosintesis dan lain sebagainya. Tempat melekat daun pada batang disebut buku dan batang diantara dua daun berturutan disebut ruas. Pada ketiak daun terdapat kuncup aksilar dan di ujung batang terdapat kuncup terminal. Kedua kuncup tersebut amat penting peranannya dalam penampilan morfologi tumbuhan. Baik kuncup aksilar yang berkembang menjadi cabang maupun prilaku kuncup terminal yang akan menentukan bentuk dari percabangan, bahkan keselurahn dari arsitektur tumbuhan yang bersangkutan. Hal-hal yang telah disebutkan diataslah yang melatar belakangi penulis menulis makalah ini. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami struktur morfologi tumbuhan, khususnya batang.
   
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Batang Perkembangan dan pertumbuhan batang terjadi di ujung batang yaitu pada meristem apikal. Di sana terjadi pembelahan-pembelahan sel secara terus-menerus sehingga disebut sebagai titik tumbuh. Di saa-saat tertentu akan di bentuk bakal daun yang lambat laun tumbuh menjadi panjang, mendahului pemanjangan sumbu di antra buku-buku tempat daun melekat. Sehinnga daun muda akan mememanjang dan menyelubungi batang muda serta meristem apikal di ujungnya. Inilah yang sering kita sebut dengan kuncup. Jadi kuncup sebenarnya merupakan batang muda yang belum berkembang. Sedangkan ketika kuncup sudah mulai tumbuh dan memanjang maka akan disebut tunas. Dalam perkembangan selanjutrnya ruas di antara daun-daun muda akan memanjang sehingga keseluruhan batang menjadi tampak lebih panjang dan jarak antara daun terpisah dari daun yang satu dengan daun lainnya. Pertumbuhan ini bukan hanya disebabkan oleh pemanjangan sel yang sudah ada, namun juga akibat penambahan jumlah sel dengan adanya pembelahan sel di bagian tersebut. Pada tumbuhan monokotil terjadi pembelahan terutama di dasar ruas. Pembelahan seperti ini disebut pembelahan interkalar. Sedangkan pada tumbuhan dikotil pembelahan bisa tersebar hampir di seluruh ruas. Kuncup aksilar bisa tumbuh menjadi cabang atau tetap dorman sampai pada saat yang sesuai. Jika saat yang sesuai itu tidak kunjung datang, maka kuncup akan mati dan tidak berfungsi lagi. Dibelakang meristem apikal prokambium dibentuk seiringan dengan terbentuknya bakal daun. Dari prokambium itulah berdiferensiasi xilem dan floem. Pada tumbuhan dikotil, beberapa senti meter di belakang meristem apikal akan terbentuk kambium pembuluh dari sisa prokambium. Kambium pembuluh menghasilkan floem dan xilem sekonder dan jumlah xilem sekonder yang di bentuk jauh lebih banyak. Adanya xilem sekonder dalam jumlah yang cukup inilah mendukung tegaknya batang. Jika karena suatu hal, jumlah xilem sekonder tidak cukup maka sumbu batang tidak mampu berdiri tegak melainkan melengkung. Hal ini turut menentukan bentuk percabangan.
 2.2 Kuncup Sebagai Temapat Meristem yang Potensial Di atas telah dijelaskan bahwa kuncup aksilar dapat berkembang menjadi cabang atau tetap istirahat sampai saat yang sesuai. Sama halnya dengan kuncup terminal bisa terus tumbuh namun bisa juga terhenti pertumbuhannya karena suatu hal. Jadi kuncup memeiliki potensial atau kemampuan untuk berkembang lebih lanjut. Kuncup-kuncup lain yang ditemukan di batang tanpa berasosiasi dengan buku, atau pada akar tua atau di tempat lain pada tubuhan, disebut kuncup adventif, atau kuncup liar (kuncup yang tumbuh secara kebetulan). Selain itu terdapat kuncup tambahan yakni jika kuncup di ketiak daun jumlahnya lebih dari satu. Di antara kuncup tambahan, salah satu biasanya lebih mencolok mungkin karena ukurannya lebih besar dan kuncup itulah satu – satunya yang akan berkembang. Dinamika dalam tumbuhan akibat prilaku kuncup amat berperan penting dalam pernampakan tumbuhan itu sendiri. Berikut ini penulis akan menyajikan beberapa macam kemungkinan perkembangan kuncup.  Posisi Kuncup Posisi atau letaknya kuncup tambahan bisa berderet horisontal di ketiak daun dan disebut kuncup tambahan kolateral, atau tersusun menjadi deretan vertikal, sejajar sumbu pohon yang bersangkuatan, dan disebut kuncup tambahan serial. Pada monokotil letak kuncup biasanya kolateral dan tersusun berpasangan di sebelah kiri dan kanan kuncup utama. Pada bugenvil terdapat sebuah kuncup yang berkembang menjadi duri dan yang ada dibawahnya menjadi cabang. Berbagai kombinasi struktur terdapat di ketiak sehelai daun dan setiap organ yang terjadi dihasilkan dari salah satu di antara seperangkat kuncup tambahan.  Pertumbuhan Monopodial, Simpodial, dan Dikotom a) Monopodium Pada umumnya sumbu tubuh tumbuhan berkembang dan menjadi lebih tinggi akibat aktivitas merstem apikalnya sehinga menghasilkan sumbu batang. Batang yang dihasilakan langsung oleh satu titik tumbuh dinamakan monopodium. Contohnya pada kelapa dan pinus. Pada pinus istilah monopodium digunakan karena sumbu utama tumbuhan yang berbentuk pohon itu tetap tumbuh terus pada kuncup terminal serta cabang-cabang yang ada biasanya terletak lebih rendah. b) Simpodium Sumbu tubuh menghasilkan ruas dan buku namun disaat meristem apikal tidak berfungsi oleh karena memebentuk bunga atau berdiferensiasi menjadi parenkim atau karena sebab lain. Dari kuncup aksilar di ketiak daun dekat di bawah meristem apikal yang tak berfungsi itu akan tumbuh cabang yang arahnya sejajar sumbu sebelumnya dan tumbuh seperti sumbu yang digantikannya. Demikian terjadi berulang kali sehingga sejumlah sumbu secara bersinambungan membentuk suatu sumbu semu atau simpodium. c) Dikotomi atau Pecabanagan Garpu Pada bebearap tumbuhan, meristem apikal yang tumbuh selalu dalam satu arah, akan memiliki dua tempat tumbuh sehingga kini pertumbuhan terjadi dalam dua arah. Hal itu adalah akibat pembagian titik tumbuh menjadi dua bagian yang sama. Percabangan seperti inilah yang disebut dikotom.  Kuncup dengan Potensial yang Tetap Kerangka tumbuhan dibangun oleh sejumlah cabang yang masing-masing berasal dari meristem apikal kuncup yang tumbuh dan berkembang. Ada cabang yang hanya bertahan sementara karena pada suatu saat akan gugur (kladoptosis). Sering kali potensial kuncup yang sudah tetap itu dapat diperlihatkan dengan memotong ranting dan menanamnya. Ranting yang akan tumbuh selanjutnya akan mempertahankan morfologi tumbuhan asal (induk) tersebut dinamakan topofisis. Jadi kuncup yang berpotensial tetap, artinya tidak lentur dan akan selalu menghasilkan organ sesuai program. Namun jika potensial kuncup itu bersifat lentur, berbagai organ bisa terjadi bergantug pada posisi serta waktu pemunculan dengan tepat. Jadi pada bugenvil dari sejumlah kuncup di ketiak daunnya sebuah memeiliki potensial untuk berkembang menjadi cabang vegetatif jika keadaannya cocok, sebuah lagi akan senantiasa membentuk duri atau perbuangan yang terbatas pertumbuhannya.  Gugurnya Kuncup atau Batang Di atas telah ditunjukjan bahwa potensial perkembangan kuncup sangat menentukan bentuk kerangka (arsitektur) tumbuhan. Sebaliknya, gugurnya kuncup juga sama pentingnya bagi bentuk kerangka pohon. Hilangnya aktifitas meristematik pada kuncup dapat diakibatkan gugurnya apeks sehingga meristem apeks mati. Hilangnya kemampuan meristem untuk berlaku aktif sebagai meristem dapat diikuti oleh diferensiasi sel lebih lanjut. Jika sel membentuk dinding tebal yang mengandung zat kayu (lignin) sebelum gugur maka cabang bisa bertahan sebagai duri. Atau sel dapat kehilangan sifat meristematiknya dan berkembang menjadi parenkim. Dalam hal itu, secara efektif apeks pucuk telah mengalami keguguran meskipun sel-selnya tetap hidup. Gugurnya meristem apeks di suatu kuncup ketiak bisa terjadi amat dini sehingga tak terlihat bekasnya sama sekali.  Sifat Plagiotrop dan Ortotrop Di atas telah disinggung mengenai kedua macam morfologi cabang sehubungan dengan orientasi arah pertumbuhan sumbu itu. Potensial cabang yang dicerminkan dalam sifat ortotrop atau plagiotrop itu bisa menjadi aspek yang amat menentukan bagi bentuk seluruh orsganisme. Plagiotrop merupakan cabang yang tumbuh horizontal, sedangkan plagiotrop merupakan cabang yang vertikal.  Akrotoni dan Basitoni Potensial suatu cabang untuk dapat berkembang dapat dipengaruhi oleh jarak antara cabang dengan meristem apikal batang. Pengaaruh meristem apikal yang mencegah aktifitas meristem kuncup ketiak didekatnya dinamakan dominasi apikal. Sumbu utama bisa menunjukan dominasi apikal yang kuat terhadap kuncup aksilar yang dihasilkan pada musim tumbuh yang bersangkutan. Pada musim tumbuh beikutnya kuncup-kuncup itu bisa tumbuh dengan cepat bahkan melebihi panjang sumbu utama yang kini memberikan dsominasi apikal yang lemah. Sebaliknya, kuncup aksilar bisa berkembang pada muisim tumbuh yang sama namaun sealalu lebih lemah dari sumbu utama. Kondisi ini disebut sebagai pengendalian apikal. Berdasarkan taraf pemanjangan cabang aksilar berturutan di sepanjang sumbu utama di bedakan dua arsitrektur batang yang saling berbeda yakni akrotoni, dan basitoni. Pada keadaan akrotoni cabang distal tumbuh lebih tegar. Pada keadaan basitoni, cabang proksilmal yang tumbuh lebih tegar.  Saat Meristem Aktif Di daerah beriklim seragam tumbuhan bisa tumbuh terus menerus yakni kontinuatau juga disebut berkesinambungan dengan membentuk daun dan cabang-cabang aksilar (cabang yang berkembang dari kuncupn aksilar). Meristem aksilar tidak mengalami masa istirahat melainkan langsung tumbuh menghasilkan cabang. Jika kuncup aksilar langsung berkembang menjadi cabang tanpa mengami massa istirahat penundaan sehingga tubuhnya se rentak dengan kuncup terminal di sumbu utama, ia disebut mengalami pertumbuhan silepsis. Jika kuncup menjalani masa istirahat dahulu sebelum berkembang menjadi cabang maka kuncup itu dikatakan mengalami pertumbuhan prolepsis.  Gangguan terhadap Meristem Keaktivan suatu meristem senantiasa mengikuti program perkembanagan yang telah ada dan tersimpan dalam bahan genetiknya. Perkembangan sel ndan jaringan yang dihasilkan oleh aktifitas meristem juga berlangsung menurut programnya dan ditentukan oleh lingkungan yang khas sehingga apa yang kita lihaat sebagai hasuil akhir sesuai dengan apa yang di anggap ‘normal’. Jika terjadi gangguan terhadap meristem maka bentuk-bentuk yang tidak biasa atau ‘tidak normal’akan timbul. Studi tentang hal ini disebut teratologis. Bentuk-bentuk tak normal atau malformasi teratologis dapat dirangsang oleh rkembterganggunya perangkat genetik atau urutan perkembangan. Gangguan itu bisa disebabkan oleh perubahan dalam faktor lingkungan (suhu rendah, kekeringan dsb.), oleh hewan atau oleh zat kimiawi. Batang yang terkena fasiasi adalah yang menunjukan pemipihn abnormal dan berupa pita. Fasisai serupa cicin telah terjadi pada batang yang secara abnormal berkembang menjadi tabung yang berlubang atau dengan sejumlah pemipihan di sebelah luar yang menyerupai sayap. Kimera adalah struktur atau jaringan yang terdiri dari campuran sel yang bersal dari sua sumber yang berbeda dan sebab itu juga dari genotip yang berbeda. Hal itu dapat terjadi dengan penemp[pelan dua jenis yang berbedaatau dengan adanya muatasi sel; dalam satu bagian tumbuhan yang sedang tumbuh. Tumbuhan yang warna daunnya tak seluruhnya hijau adalah contoh kimera. Plastida di tepi daun tak mampu menghasilkan klorofil sehingga bagian daun itu tetap tak berwarna hijau. Kimera bisa disebabkan oleh oleh mutasi spontan yang terjadi dalam salah satu lapisan sel di meristem apikalnya.

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang ditarik dari malakah ini adalah sebagai berikut :
1) Secara umum kuncup terbagi atas dua, yaitu kuncup aksilar dan kuncup terminal
2) Berdasarkan posisi tempat letaknya kuncup terbagi atas dua, yaitu kuncup serial dan kuncup kolateral
3) Cara percabangan tumbuha terbagi atas simpodial, monopodial dan dikotom.
4) Berdasarkan arah percabangannya, tumbuhan terbagi atas ortotrop dan plagiotrop.
3.2 Saran
 Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, olehnya itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah-makalah berikutnya.  

DAFTAR PUSTAKA
 Hidajat, B. Estiti. 1994. Morfologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru. Bandung. Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi umbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar